10 Maret 2009

a journey to tjirebon

Sabtu sampai senin kemarin aku kecirebon, ke tanah leluhur calon istri. starting point aku awali dari karawang menjemputnya di tempat kejanya. perjalanan dari karawang 4 jam, kami naik bis Sahabat yang sangat tidak bersahabat. bisa dibayangkan... kondektur seenak saja menaikan tarif, tarif normal yang cuman 30 ribu bisa sampai 60 ribu!!! ternyata di bis ini para penumpang yang sudah terbiasa memiliki kebiasaan menawar. Main tarik-tarikan urat leher sampai harga terkecil. kalo tau kaya gini, dari pada capek mending naik kereta aja deh, tarif udah jelas.

ini adalah perjalanan pertama ke cirebon, kota yang unik...dalam satu daerah kamu bisa menemukan 2 bahasa lokal, sunda dan jawa, sampai disana sekitar jam 13:00, karena enggak mau langsung kerumah mertua, kami memutuskan untuk jalan-jalan sebentar ( sekalian untuk menguatkan mental bertemu her big family), kebetulan dan sangat disengaja, karena tuntutan pekerjaan yang deadlinenya selasa ini, aku bawa notebook kesayangan. tadinya sih mau main sebentar window shoping ke batik Rusmi, tapi karena udara panas banget ya udah kami ngadem dulu di mall terbesar di cirebon, namanya Garage Mall,teman-teman...ini mall baik banget. untuk sebuah kota bernama cirebon fasilitas yang diberikan kepada pengunjung termasuk baik. disetiap lantai disediakan free wifi... setelah keliling sebentar untuk cari tempat minum dan internetan sebentar.

setelah satu jam ngenet, kami kerumah...well ternyata saya benar-benar berada didesa. lokasi rumahnya jauh dari keramaian kota, dari GArage mall kami harus berganti angkot 3 kali, tempatnya sejuk, kemegahan gunung cireme terlihat jelas disana, enggak dingin-dingin banget sih tempatnya karena memang bukan dikaki gunung. satu hal yang langsung terasa begitu ada disana...axis saya blank!!! satu-satunya operator yang bisa diterima disana hanya Telkomsel, tidak ada warnet disana, penjual dvd film, angkot hanya sampai jam 6 sore... setelah itu seperti kota mati... sunyi sekali. kehidupan disana terasa lambat sekali...tidak sepeti dijakarta yang selalu dikejar waktu. Man!!! ini tempat bagus banget buat kamu yang mau menyendiri, dijamin enggak akan ketemu yang namanya hotspot area, warnet, mall, kafe. jujur saya merasa terisolasi disana... even saya enggak bisa buka facebook, mau gimana lagi terpaksa dinikmati.

sebelum sabtu saya sudah coba browing di paman Google semua tentang cirebon, terutama makanannya, olala... ada beberapa target yang harus saya cicipi disana. serabi telur, empal gentong, nasi jamblang.

serabi telur

adalah serabi biasa namun enggak pakai kuah santan dan gula, di ketika serabi setengah matang duatasnya diberi telur ayam. makan satu aja udah kenyang banget, biasanya dimakan bersama tempe goreng

nasi jamblang
ini kayaknya nasi kucingnya cirebon deh. nasinya sedikit dan lauknya bervariasi tapi harganya murah banget. kelebihannya kayaknya ini nasi dimasak didalam daun jati

empal gentong
ni dia nih... makannan yang langsung bikin saya jatuh cinta.rasanya perpaduan antara tongseng dan soto kali ya... yang pasti asli enak banget. dimasak didalam gentong. sambelnya cabe kering. sepertinya ini akan menjadi makanan wajib kalau kecirebon...empal gentong...mizz u very much

sabtu memang saya jadwalkan untuk wisata kuliner, dan jalan-jalan melihat keindahan batik Rusmi, minggunya rencana kami adalah wisata masa lalu, perjalanan menelusuri tiga keraton cirebon. kacirebonan, kasepuhan, kanoman

KERATON

Perjalan pertama dimulai dari Kacirebonan, tempatnya kecil, ketika kami kesana beberapa abdi dalem sedang mempersiapkan untuk acara panjang jimat yang digelar esoknya, sepertinya keraton ini jarang dikunjungi, ini dibuktikan dengan sapaan pertama ketika kami memasuki gerbang keraton dari seorang abdi dalam "Kalian mau bertemu kanjeng Pangeran?? kebetulan beliau sedang ada??"
Kami bedua tersenyum, lalu "tidak kami hanya pengunjung, kami hanya penikmat bangunan bersejarah ini, ini dibuka untuk umum kan??"
abdi dalam yang menyapa kami adalah Pak Nuno, begitu ia memperkenalkan namanya,ia sangat ramah, dengan senang hati ia mempersilahkan kami untuk menjelajahi area ini. dari halaman kami melihat di pendopo utama, penduduk lokal berjalan sambil berjongkok kearah pangeran. suatu pemandangan yang hanya kami lihat di film saur sepuh. PAk nuno lalu membawa kami kemuseum kecil di bagian kanan keraton, museum uni menyimpan perangkat gamelan dari bad ke 17 yang hanya dipakai untuk acara tertentu saja. begitu masuk kedalam museum, aroma melati yang entah dari mana datangnya langsung menyergap kami. suasana di sisni begitu mistis.

perjalanan kami lanjutkan ke keraton kasepuhan dan kanoman yang jaraknya sektar 200 meter dari kacirebonan. sayang dua keraton ini sangat kumuh, tidak seperti yang saya bayangkan, terutama kasepuhan yang merupakan keraton terbesar. keindahan keraton ini dipenuhi oleh pedagang kaki lima. belum lagi arus keluar dan masuk pengunjung yang tidak teratur ditambah dengan pungutan liar yang disetiap gerbang. kalau menurut pacar saya, pedagang kaki lima ini hanya membeludak di event event tertentu saja. di kasepuhan saya menemukan area 7 sumur keramat, banyak pengunjung yang sengaja mengambil air tersebut untuk dibawa pulang. ini petama kalinya saya melihat orang berebutan mengambil air sumur. area ini dikelilingi oleh batu-batu tua yang sudah sangat berlumut. bau kemenyan merebak dimana-mana. karena banyaknya pengunjung akhirnya saya segera pulang meninggalkan area keraton. tapi saya berjanji, suatu saat di hari biasa saya akan datang lagi dan mengambil gambar disini

PERAMAL
di area sekitar kasepuhan dan kanoman banyak bertebaran peramal nasib, iseng-iseng saya mencoba kebertuntungan.
"Pak...berapa sekali ramal???"
"Terserah adek...seiklashnya aja"

*****
lima menit kemudian...

"Rejeki adek bagus...tapi ada satu yang menghambat, tau gak??"
"Enggak..."
"diatas puser adek ada tahi lalat. mau dibuktikan engak??? coba dibuka bajunya?"
"Enggak mau ah..malu."
"Tidak apa-apa atuh, sedikit aja."
"Enggak ah aurat"
"Dikit aja,"
"enggg iya deh"
"tu kan ada, ini yang menghambat rejeki adek"
"emmmmm itukan bekas cacar saya, bukan tahi lalat"
"Udah sekarang gini... mau dihilangkan gak balanya,, mana sini tanganya. ikutin bapak ya???"
komat-kamit...si bapak peramal mengoleskan saya minyak yang baunya enggak enak, kaya minyak sayur "Coba liat berasap gak tangannya??, itu artinya balanya sudah bapak hilangkan."
dengan polosnya "Enggak ada pak asapnya."
"Coba diperhatikan lagi, masa enggak ada."
"emang enggak ada..."
dengan wajah kesal "Coba adek perhatikan lagi... ada gak??"
Sangat terpaksa "Eng... iya deh ada."
"Nah!!! gitu dong. sekarang gini adek, maharnya 30 ribu aja, dan tolong jangan ditawar"
"ih...Bapak curang...tadi katanya seiklasnya aja...koq kasih tarif, gini aja deh, saya cuman punya uang 5ribu, mau gak... sisanya buat makan, masa bapak tega saya diramal abis itu kelaperan. penyiksaan itu namanya"
"hhhh... ya udah gak papa."
"he-he-he... semoga bapak panjang umur, murah rejeki dan selalu bahagia." saya langsung buru-buru pergi meninggalkan bapak peramal yang wajahnya mulai dongkol abiez...

JAKARTA

senin pagi saya kembali kejakarta... kembali kekehidupan yang selalu dikejar waktu, kemacetan, bisingnya bunyi kelakson...rutinitas yang membosankan. petualangan selanjutnya saya ingin ke Puncak Bromo. ingin melihat terbitnya matahari dari sana. saya harus mulai nabung dan mengumpulkan banyak informasi tentang Bromo serta suku Tengger ... Bromo, wait for me...

Tidak ada komentar: